Berugak Bambu: Sentuhan Alami yang Membuat Rumah Lebih Hidup

Saya bukan tipe orang yang suka dekorasi berlebihan. Buat saya, rumah harus terasa hangat, terbuka, dan menyatu dengan alam. Dan jujur, hal itu semakin saya sadari setelah saya punya satu unit berugak bambu di halaman rumah.

Awalnya saya tidak terlalu memikirkan model atau bahan apa yang akan dipilih. Tapi begitu saya melihat berugak dari bambu—yang terbuat dari potongan bambu tua berdiameter besar, dengan simpul alami yang dibiarkan terbuka, dan atap alang-alang yang dirangkai satu per satu—saya langsung tahu, ini yang saya cari.

Bukan sekadar tempat duduk-duduk di luar rumah. Tapi ruang yang benar-benar menghadirkan perasaan damai.

Kenapa Bambu?

Bambu adalah material yang sering dipandang sebelah mata. Dianggap murah, mudah patah, atau hanya untuk bangunan tradisional. Tapi kenyataannya, bambu adalah salah satu bahan paling sustainable, kuat, dan justru sangat indah jika dirancang dengan tangan-tangan terampil.

Dan di tangan pengrajin Lombok, berugak bambu bukan hanya bertahan, tapi berevolusi. Dari sekadar balai-balai desa, menjadi struktur fungsional yang bisa bersanding dengan gaya arsitektur modern sekalipun.

Saya melihat sendiri betapa kuatnya konstruksi bambu ini. Setiap sambungan diperkuat dengan ikatan rotan atau tali serat alami. Permukaan bambunya dipoles hingga halus tapi tidak menghilangkan karakternya. Bahkan detail simpul dan teksturnya justru menjadi bagian dari keindahannya.

Berugak Bambu Itu Ringan, Tapi Punya Karakter

Ada sesuatu dari bambu yang tidak dimiliki kayu—ringan, lentur, dan terlihat alami. Tapi justru itu keunggulannya.

Berugak bambu terasa lebih terbuka. Lebih “mengundang.”

Warna alaminya yang kuning keemasan berpadu sempurna dengan taman hijau dan batu alam. Bahkan ketika diletakkan di tengah halaman, ia tidak mendominasi. Ia justru menyeimbangkan.

Dan bagian terbaiknya? Saat hujan turun perlahan, suara rintik di atapnya terdengar seperti musik alam. Bukan bising, tapi menenangkan.

Cerita di Balik Berugak Saya

Saya pertama kali tertarik membeli berugak setelah melihat foto di Instagram. Sebuah vila di Ubud memajang sudut taman dengan berugak bambu yang dihiasi kelambu putih tipis.

Suasana sore, minuman herbal di tangan, dan hutan di kejauhan—semuanya dibingkai sempurna oleh struktur bambu sederhana itu.

Setelah riset, saya akhirnya menemukan pengrajin terpercaya. Kalau kamu penasaran ingin lihat model-modelnya, saya sangat merekomendasikan langsung ke sini berugak bambu

Di sana kamu bisa menemukan berbagai inspirasi desain berugak, termasuk model dari bambu, lengkap dengan cerita di balik pembuatannya.

Cocok untuk Berbagai Gaya dan Fungsi

Salah satu kelebihan dari berugak berbahan bambu adalah fleksibilitasnya. Mau dipasang di halaman tropis? Cocok. Mau dipakai di rooftop rumah perkotaan? Bisa.

Beberapa ide penempatan dan fungsinya yang saya lihat (dan coba):

Ruang duduk outdoor di taman belakang

Gazebo lesehan untuk ngopi sore bareng keluarga

Ruang yoga pribadi dengan suasana alami

Area baca dan journaling

Ruang santai di kafe atau homestay

Saya juga melihat ada penginapan di Sembalun yang menjadikan berugak bambu sebagai ruang makan tamu. Bahkan ada juga yang menggunakannya sebagai ruang resepsi pernikahan kecil, lengkap dengan lampu gantung dan hiasan bunga lokal.

Proses Pembuatan yang Penuh Perhatian

Yang menarik dari pembuatan berugak bambu ini adalah semua proses dilakukan dengan tangan. Tidak ada mesin berat. Tidak ada pabrik.

Mulai dari pemilihan batang bambu yang sudah tua dan keras, pengeringan alami di bawah sinar matahari, pemolesan, hingga perakitan—semuanya dilakukan oleh pengrajin lokal dengan teknik turun-temurun.

Setiap simpul bambu tidak disembunyikan. Justru dibiarkan tampil. Dan itulah yang membuat tiap berugak terasa unik. Tidak ada yang 100% sama.

Manfaat Memiliki Berugak Bambu di Rumah

Setelah beberapa bulan tinggal bersama berugak ini, saya merasa banyak perubahan kecil yang berdampak besar:

Saya lebih sering duduk di luar rumah daripada di sofa

Anak saya lebih suka belajar sambil angin-anginan di berugak

Kami sekeluarga lebih banyak ngobrol karena sering berkumpul di sana

Tamu-tamu selalu ingin foto di berugak dulu sebelum pulang

Saya jadi lebih rileks, lebih grounded, lebih sadar akan lingkungan sekitar

Kadang saya merasa, berugak ini bukan cuma menambah estetika rumah. Tapi memperbaiki energi di dalam rumah itu sendiri.

Tips Merawat Berugak dari Bambu

Banyak yang tanya, apakah bambu bisa tahan lama? Jawabannya: bisa banget, asal dirawat dengan benar.

Beberapa tips dari pengrajin yang saya praktikkan:

Jangan langsung menempel ke tanah, usahakan ada fondasi batu atau semen

Olesi bagian bambu dengan larutan anti jamur dan anti serangga

Jika memungkinkan, lapisi bagian luar dengan pernis alami atau minyak kayu

Hindari tergenang air terlalu lama

Bersihkan secara berkala dengan kain lembab

Dengan perawatan yang tepat, berugak bambu bisa awet bertahun-tahun, bahkan lebih dari 10 tahun.

Pengalaman yang Tak Tergantikan

Saya sudah pernah mencoba berbagai gaya furnitur dan dekorasi outdoor. Tapi tidak ada yang memberikan rasa setenang berugak ini.

Dan bagian terbaik dari semuanya adalah… saya tahu dari mana asalnya.

Saya tahu siapa yang membuatnya. Saya tahu bahwa bambu yang dipakai bukan bambu sembarangan. Dan saya tahu bahwa setiap kali saya duduk di sana, saya tidak hanya bersandar pada struktur, tapi pada cerita, tradisi, dan tangan-tangan yang menanamkan jiwa ke dalam bangunan ini.

Kalau kamu sedang mencari cara untuk membuat rumah lebih hidup, lebih alami, dan lebih berarti—coba deh lihat opsi berugak dari bambu. Kamu bisa mulai dari sini: berugak bambu

Siapa tahu, kamu juga akan menemukan ketenangan yang sama seperti saya.